Wednesday, March 28, 2012

perjuangan hidup


Namaku Aisyah, aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ayahku telah tiada, meninggalkanku sejak aku berusia 7 tahun.Aku dibesarkan dan dibimbing Ibu seorang diri Hingga kini usiaku 17 tahun.Aku duduk di bangku kelas 3 MA Pertiwi. Aku dapat terus melanjutkan sekolahku karena usahaku yang terus giat belajar hingga aku mendapat beasiswa dan tak lupa pula doa Ibuku tercinta yang selalu menyertai langkahku. Ibu adalah surga kecilku karena ibu adalah sosok pahlawan bagiku. Di MA Pratiwi aku mempunyai tiga sahabat yang begitu sayang padaku, mereka adalah Fita,Rena dan Arsa. Kebetulan kami satu kelas sehingga persahabatan kami terjalin makin erat.
Hari ini hari pertama aku masuk sekolah di semester genap. Dan tanpa kusadari jam sudah menunjukkan pukul 06:10. “astaga aku kesiangan”. Teriakku .Segera aku bergegas,  kutarik sepedaku dari dalam rumah. “ibu, aku pergi dulu ya.” Teriakku dari luar rumah.   “maafkan aku ibu, hari ni tak dapat mengantar ibu.”dan segera aku mulai mengayuh sepeda sekuat tenaga. “Aku merasa sungguh bersalah pada ibu, karena hari ini tak dapat mengantar ibu ke tempatnya bekerja hanya karena aku bangun kesiangan.Besok tak akan ku ulangi ibu”.Bisikku dalam hati.
Akhirnnya sampai. Aku menggiring sepedaku  satu langkah jauhnya dari gerbang sekolah, dan bel masuk berbunyi. Ini keberuntungan untukku.Aku masuk kelas dan memilih duduk di dekat Fita.Terdengar suara langkah sepatu terus mndekat, dan akhirnya muncullah Bu Dira. Mata pelajaran biologi yang akan memulai pelajaran kami hari ini. Aku menyukai Biologi karena cita-citaku ingin menjadi seorang guru biologi.Kami mengikuti semua pelajaran dengan tertib hingga bel pulang berbunyi.
Aisyah, kamu langsung mau pulang?” Tanya Fita padaku.
“’iya, memangnya kenapa?.” Jawabku sambil berdiri membetulkan tasku.
“kami ingin mengajakmu untuk makan di warung Pak Amat, mau nggak?” sahut Rena.
“maaf ya, bukannya aku nggak mau ikut, tapi aku mesti pulang dan mau bantu Ibu. Lain kali kalau mau ngajak aku mesti ngasih tau aku lebih awal.Maaf banget”.Jawabku dengan nada rendah. “nggak apa-apa kok, kalau begitu kami pulang duluan ya. See you..”. sahut Arsa sambil melambaikan tangan. Aku hanya membalasnya dengan senyum dan lambaian tanganku.Dengan segera aku meninggalkan kelas, mengambil sepedaku dan kembali mengayuhnya.Sesampai dirumah aku bertemu ibu.Karena pukul 01:00 siang ibu telah pulang bekerja.
“ibu,, aku pulang”. Mendekati ibu yang sedang memasak untuk makan siang. “eh anak ibu sudah sampai”. Jawab ibu ketika mendengar suaraku. Aku mengganti pakaianku, berwudhu untuk menunaikan shalat zuhur dan langsung duduk mendekat ibu makan siang bersama.“setelah makan kamu beres-beres dulu, kalau sudah baru boleh belajar”. Ucap ibu.“baik bu, siipp.. ”. jawabku sambil mengangkat jempol.
Aku duduk dibawah pohon sambil membaca buku pelajaran, tak terasa hari semakin senja.Seperti biasa setelah makan malam dan shalat Isya, aku membantu Ibu membuat kue untuk diantarkan kewarung-warung esok pagi. Uang hasil berjualan kue ini akan digunakan untuk tambahan membayar kontrakan dan listrik.
“akhirnya selesai”. Ujarku.
“ya sudah, kamu bersih-bersih dan tidurlah”. Kata Ibu.
“iya bu..”. sahutku.
***
hari ini aku  tidak bangun kesiangan dan aku sangat senang, karena dapat mengantar ibu ketempat kerjanya dan menitipkan kue ke warung. Pukul 06:35 aku sampai disekolah .hari ini lebih baik dari kemarin.
“selamat pagi anak-anak..”. sapa Pak Anto.
“pagi Pak,, ”. jawab kami serentak.
“hari ini, kita akan membahas tentang deret geometri. Namun agar lebih mudah, bapak akan membagi kalian menjadi lima kelompok”. Kata Pak Anto.
Kebetulan saya satu kelompok bersama Arsa, Sahri dan Dina.kami membahas dan mendiskusikan tentang geometri dan saling mengajari jika ada yang tak mengerti. Beruntung aku satu kelompok dengan mereka karena kami tak menemui kesulitan. Apalagi Sahri, ia salah satu anak yang pandai jadi ia tak sungkan-sungkan untuk mengajarkan sesuatu yang belum dimengerti. beruntung mempunyai teman sepertinya.
Bel istirahat berbunyi, Aku, Arsa, Fita dan Rena pergi kekantin dan kami memesan baso.Kami memilki banyak kesamaan termasuk suka baso.Di kantin kami membahas tentang pelajaran Pak Anto. Namun Arsa sedikit membuatku kesal karena ia sudah berusaha menggodaku.
“ehm.. pada mau tau nggak..  ada yang baru..”.  suara  Arsa memulai pembicaraan.
“baru,, apaan?.” Tanya Fita.
“kayaknya bakalan ada pasangan baru ni yang cocok.” Jawabnya.
“pasangan baru?? Siapa tu?”.Sahutku.
“pura-pura nggak tau, yang dibicaraain juga kamu Syah..” jawab Arsa sambil menyenggol tanganku.
“apaan sih, aku  nggak ngerti”. Teriakku pada Arsa,
“iya ni si Arsa, apa juga maksudnya.. ”. timbal Rena.
“mau tau.. Aisyah dan Sahri. Haha,,, ”. ia tertawa terbahak-bahak.
 “ya ampun sa, temen juga”. Aku hanya tersenyum walau sedikit kesal.
“iya ni si Arsa apa-apaan. Tapi seandainya ini kenyataan nggak apa-apa kok”.Sahut Fita yang dari tadi hanya sibuk makan.
“udah,, habisin aja tu baso. Balapan ni, yang terakhir habis wajib bayarin,, mulai”. Jawabku.
Tak terasa setelah seharian duduk di bangku bel pulang berbunyi.Seluruh siswa keluar dari ruang kelas berdesak-desakan seperti mau antre sembako.Di tengah perjalanan, tiba-tiba sepeda terhenti. Ternyata ban sepeda kempes entah karena apa.
“aduh,, sial banget hari ini.” Ujarku dalam hati.
Dengan segera aku turun dan menggiring sepedaku.aku tak mau pulang terlamabat karena ibu pasti akan khawatir denganku. Sambil menggiring sepedaku aku berlari kencang.Namun  malu rasanya, ketika aku berlari aku bertemu Sahri.
“hai Syah,,”. Sapa Sahri ketika mengendarai motor.
Terdengar olehku suara itu dan aku terkejut.
Sahri,,”. Jawabku dengan wajah yang malu.
“ia pasti tertawa  karena melihatku berlari sambil menggiring sepedaku”. Pikirku.
“ada apa dengan sepedamu, jikalau ada masalah mari ikut denganku”. Ucapnya.
“oh iya, tapi nggak usah. Aku bisa sendiri kok”.Jawabku.
“oh ya kalau begitu aku duluan”. Sahut Sahri Sambil tersenyum.
Aku hanya membalasnya dengan senyum karena aku sungguh merasa malu.Tapi hanya untuk saat itu saja.Setelah Sahri hilang dari pandanganku, aku melanjutkan lariku bahkan semakin kencang karena waktuku beberapa menit tadi telah terpotong.Sesampai dirumah aku merasa sungguh lelah, kuletakkan sepedaku.Tapi anehnya tak ada Ibu yang biasanya sedang memasak didapur. “mungkin Ibu sedikit lebih lama pulangnya”. Pikirku.  Pukul sudah menunjukkan jam 04:30 namun Ibu tak kunjung datang. Segera aku meminjam sepeda milik tetanggaku untuk menjemput Ibu ditempat kerjanya.
Membutuhkan 20 menit perjalanan.Sesampai disana, terlihat sepi.Tak ada satu orangpun kutemui.Tiba-tiba ada orang menyapaku dari belakang.
“hai nak, ada perlu apa kemari?”. Tanya lelaki setengah baya itu.
Segera aku membalikkan badanku.“ oh ia pak,, perkenalkan saya Aisyah, saya kemari ingin menjemput ibuku, karena sampai saat ini ibuku belum pulang. Aku sangat khawatir”.Jawabku.
“apakah ibumu bernama Aini  Hasanah..?”. Tanya lelaki itu. “iya pak, benar sekali..”.  sahutku.
“tadi siang ketika Bu Aini pulang bekerja dan saat ia melalui Zebra Cross, ada mobil yang menabrak Ibumu. Ia segera dibawa ke Rumah Sakit Bhakti”.Lelaki itu memberitahuku.
“benarkah itu? Aku harus segera kesana”.Jawabku.
Dengan tetesan air mata aku mengayuh sepeda milik tetangga menuju Rumah Sakit Bhakti.Disana aku langsung menuju ruangan tempat ibu dirawat.Aku melihat ibu terbaring tak berdaya.
“ibu,, ibu,, bangun.. ibu harus tetap temani aku. Aku takut sendiri bu. Aku nggak mau ibu tinggalin .”Ucapku sambil menangis. Malam ini aku tak akan pulang kerumah, aku akan menjaga ibu disini. Aku terlelap tidur semalaman.
***
Aku terbangun karena pancaran sinar matahari yang masuk dari cela-cela jendela.Segera aku bangkit, namun tak ada Ibu.
 “dimana Ibu, apa ibu sudah membaik sehingga dipindahkan diruangan lain. Tapi rasanya tak mungkin sebab tak ada satu orangpun memberitahuku”.pikirku .segera aku beranjak, berlari keluar bertanya pada orang disekeliling namun tak ada satupun yang tau.
Mataku terhenti pada segerombolan siswa, sosok laki-laki yang berseragam putih abu-abu, warna kulit putih, dan sepertinya itu Sahri.Dengan spontan aku memanggilnya.
Sahri”. Teriakku. Ketika ia menengok ternyata benar. Berlari aku menghampiri Sahri.
“ kenapa kamu bisa disini? Ada apa ?”. Tanyaku.
“kami kesini untuk menjenguk Ibumu”. Jawabnya dengan kepala tertunduk. “lalu dimana Ibu? Aku tak menemukannya”.Jawabku. “ibumu,, ibumu telah tiada”. “apa-apaan , kamu jangan bohong”. Aku terduduk seketika.
Arsa, Fita dan Rena menghampiriku dan mereka mencoba untuk menenangkanku.“kalian semua bohong, ibu tak mungkin meninggalkanku. Ibu sayang padaku, itu tak  mungkin terjadi”. Suara tangisku semakin jadi. “sabar Syah. lebih baik kamu ikut mengantarkan ibumu kembali pada_Nya”. Ucap Fita. Aku mencoba berdiri dan turut mengantarkan ibu ke pemakaman.
***
Genap satu bulan Ibu meninggalkanku.Tapi aku tak mau tetap larut dalam kesedihan. Kini aku hidup sebatang kara. Aku akan berjuang untuk tetap menggapai cita-citaku. Aku akan menunjukkan pada Ibu bahwa aku mampu. Agar Ibu bahagia disana.Setiap harinya aku tetap melakukan aktivitas seperti biasanya sekolah, bersih-bersih rumah, membuat kue pada malam hari dan mengantarkannya pagi-pagi. Yang beda hanya tak mengantar ibu bekerja.
Hari senin pun tiba, kami pun bergegas membentuk barisan,tuk mengikut upacara. “Satu bulan lagi kalian akan menghadapi Ujian Sekolah, diharapkan seluruh anak kelas tiga agar mempersiapkan senjata untuk perang dan juga harus menjaga kesehatan kalian. Mungkin hanya itu yang dapat bapak sampaikan,Bapak akhiri dengan ucapan wasalamualaikum wr.wb.” Kepala sekolah menyampaikan amanat saat upacara hari senin. Upacara selesai, semua siswa kembali ke kelas masing-masing.Tiba-tiba pak guru masuk ke kelas dan memberi pengumuman siapa saja yang ikut jalur undangan untuk lanjut ke Perguruan Tinggi Negeri.Alhamdulillah termasuklah aku,lantas aku menentukan pilihan untuk mengambil jurusan biologi karena cita-citaku menjadi seorang guru biologi.Aku berdoa dan meminta agar Allah memberikan jalan untukku.
Tiga minggu telah berlalu, dan tibalah waktunya Ujian Sekolah.ujian sekolah berlangsung dalam Dua pride. Pertama Ujian Akhir Madrasah Berbasis Nasional dan Ujian Akhir Sekolah Berbasis Nasional,ke dua ujian tersebut turut berperan serta dengan syarat kelulusan.
            Ketika,ujian selesai dilaksanakan pikiran trasa plong,walaupun masih begitu besar tantangan yang akan dihadapi kedepan.Sekolah ku MA Pertiwi selain mempunyai cabang Beasiswa melalui jalur undangan dan jalur Bidik Misi  ternyata juga ada program Beasiswa Santri jadi Dokter. Tercatat sudah dari tahun ke tahun siswa MA Pertiwi berhasil masuk dalam program beasiswa tersebut, untuk tahun ini ada salah seorang teman dekatku yang mendaftar ke cabang beasiswa tersebut,siapa lagi kalau bukan si Sahri.Aku yakin bahwa Sahri akan berhasil masuk dalam beasiswa tersebut,dia sering bercerita akan keinginanya tersebut kepadaku.
Seiring berjalannya waktu tibalah saatnya kami untuk mengikuti ujian nasional,alhamdulillah tak ada hal yang menghalangi berlangsungnya ujian. Ujian pun kami laksanakan dengan hidmat ‘sepertinnya sudah tampak tanda-tanda kesuksesan kami’  pikirku dalam hati.kami pun terus optimis akan hasil yang akan kami peroleh dari ujian tersebut,tetapi tidak menutup kemungkinan untuk timbul rasa gelissah takut akan hasil yang diperoleh  tidak memuaskan.setelah semua ujian dilaksanakan kamipun memperoleh libur panjang.Tak ada aktivitas yang dilakukan,selain mencari nafkan dengan membuat kue untuk dijual, dirumah akupun rindu akan kesibukan-kesibukan yang biasa dilakukan disekolah
bersama teman-teman, bisa bermain,bercanda dan lain-lain.setelah beberapa minggu, akupun mendapat kabar dari Sahri bahwa aku dan peserta bidik misi,jalur undangan dan program santri jadi Dokter untuk berkumpul disekolah untuk menerima info terbaru.mendengar kabar saya langsung bergegas pergi kesekolah.
Sesampai disekolah semua teman-teman sudah berkumpul menunggu info yang akan disampaikan oleh pak guru.tak lama kemudian pak guru memberikan kabar kepada kami,anehnya dengan wajah muram beliau melihat kami.’ada apa ini?’ pikirku dalam hati.lantas pak guru mulai menyampaikan informasinya.” Anak-anak sekalian,beberapa bulan yang lalu kami dari pihak sekolah sudah merekap nilai-nilai kalian untuk masuk ke cabang beasiswa masing-masing, nilai tersebut sudah kami kirim,sekarang kami sudah mendapatkan info yang diberikan oleh beberapa Universitas dalam cabang beasiswa tersebut. Dari ketiga cabang beasiswa tersebut alhamdulillah ternyata siswa kita.....(pak gurupun terhenti sejenak)
‘.aku penasaran akan pembicaraan pak guru,kemudian aku bertanya” lho pak,kenapa dengan siswa kita????????”.
“Memang apa yang terjadi pak pada siswa kita, apakah tidak lulus?’ Sahri ikut menyaut.
Kamipun terdiam sejenak, tiba-tiba pak guru menyambung pembicaraannya,”anak-anak sekalian ma’af bapak menghentikan pembicaraan tadi,sebenarnya yang terjadi pada siswa kita yakni sebuah anugrah besar, yang patut kita syukuri karena dari ketiga cabang beasiswa tersebut hampir keseluruhan siswa kita masuk semua,jadi bagi siswa yang belum dinyatakan masuk dalam beasiswa tersebut jangan bersedih hati.Bapak tidak mau membacakan siapa-siapa yang masuk dan yang tidak masuk,kalian cukup melihatnya dipapan pengumuman yang bapak tempel di mading”.
Kami langsung menuju papan pengumuman untuk melihat apakah kami masuk atau tidak,akupun risau karna aku tidak menemukan nama ku, kemudian si Sahri memberitahuku bahwa aku masuk.”alhamdulillah ya rabbi,ucap syukurku”. “Eh,Sahri selamat juga ya,karena kamu juga masuk dalam beasiswa yang kamu impikan tersebut”.oh iy syah,kamu juga  saut Sahri J.
Akhirnya,dengan suasana gembira kami menemui pak guru,dan bertrima kasih serta bersyukur atas keberhasilan yang kami peroleh.dan pak guru mengucapkan selamat kepada kami.

 by.armi yati

XII IPA 2


1 comment: