Namaku Aisyah, aku terlahir dari keluarga yang
kurang mampu. Ayahku telah tiada, meninggalkanku sejak aku berusia 7 tahun.Aku
dibesarkan dan dibimbing Ibu seorang diri Hingga kini usiaku 17 tahun.Aku duduk
di bangku kelas 3 MA Pertiwi. Aku dapat terus melanjutkan sekolahku karena
usahaku yang terus giat belajar hingga aku mendapat beasiswa dan tak lupa pula
doa Ibuku tercinta yang selalu menyertai langkahku. Ibu adalah surga kecilku
karena ibu adalah sosok pahlawan bagiku. Di MA Pratiwi aku mempunyai tiga
sahabat yang begitu sayang padaku, mereka adalah Fita,Rena dan Arsa. Kebetulan
kami satu kelas sehingga persahabatan kami terjalin makin erat.
Hari ini hari pertama aku masuk sekolah di
semester genap. Dan tanpa kusadari jam sudah menunjukkan pukul 06:10. “astaga
aku kesiangan”. Teriakku .Segera aku bergegas,
kutarik sepedaku dari dalam rumah. “ibu, aku pergi dulu ya.” Teriakku dari luar
rumah. “maafkan aku ibu, hari ni tak
dapat mengantar ibu.”dan segera aku mulai mengayuh sepeda sekuat tenaga. “Aku
merasa sungguh bersalah pada ibu, karena hari ini tak dapat mengantar ibu ke
tempatnya bekerja hanya karena aku bangun kesiangan.Besok tak akan ku ulangi
ibu”.Bisikku dalam hati.
Akhirnnya sampai. Aku menggiring sepedaku satu langkah jauhnya dari gerbang sekolah,
dan bel masuk berbunyi. Ini keberuntungan untukku.Aku masuk kelas dan memilih
duduk di dekat Fita.Terdengar suara langkah sepatu terus mndekat, dan akhirnya
muncullah Bu Dira. Mata pelajaran biologi yang akan memulai pelajaran kami hari
ini. Aku menyukai Biologi karena cita-citaku ingin menjadi seorang guru
biologi.Kami mengikuti semua pelajaran dengan tertib hingga bel pulang
berbunyi.
“Aisyah, kamu langsung
mau pulang?” Tanya Fita padaku.
“’iya,
memangnya kenapa?.” Jawabku sambil berdiri membetulkan tasku.
“kami
ingin mengajakmu untuk makan di warung Pak Amat, mau nggak?” sahut Rena.
“maaf
ya, bukannya aku nggak mau ikut, tapi aku mesti pulang dan mau bantu Ibu. Lain
kali kalau mau ngajak aku mesti ngasih tau aku lebih awal.Maaf banget”.Jawabku
dengan nada rendah. “nggak
apa-apa kok, kalau begitu kami pulang duluan ya. See you..”. sahut Arsa sambil
melambaikan tangan. Aku
hanya membalasnya dengan senyum dan lambaian tanganku.Dengan segera aku
meninggalkan kelas, mengambil sepedaku dan kembali mengayuhnya.Sesampai dirumah
aku bertemu ibu.Karena pukul 01:00 siang ibu telah pulang bekerja.
“ibu,,
aku pulang”. Mendekati ibu yang sedang memasak untuk
makan siang. “eh
anak ibu sudah sampai”. Jawab ibu ketika mendengar suaraku. Aku mengganti
pakaianku, berwudhu untuk menunaikan shalat zuhur dan langsung duduk mendekat
ibu makan siang bersama.“setelah makan kamu beres-beres dulu, kalau sudah baru
boleh belajar”. Ucap ibu.“baik bu, siipp.. ”. jawabku sambil mengangkat jempol.
Aku duduk dibawah pohon sambil membaca buku
pelajaran, tak terasa hari semakin senja.Seperti biasa setelah makan malam dan
shalat Isya, aku membantu Ibu membuat kue untuk diantarkan kewarung-warung esok
pagi. Uang hasil berjualan kue ini akan digunakan untuk tambahan membayar
kontrakan dan listrik.
“akhirnya
selesai”. Ujarku.
“ya
sudah, kamu bersih-bersih dan tidurlah”. Kata Ibu.
“iya
bu..”. sahutku.
***
hari ini aku
tidak bangun kesiangan dan aku sangat senang, karena dapat mengantar ibu
ketempat kerjanya dan menitipkan kue ke warung. Pukul 06:35 aku sampai
disekolah .hari ini lebih baik dari kemarin.
“selamat
pagi anak-anak..”. sapa Pak Anto.
“pagi
Pak,, ”. jawab kami serentak.
“hari
ini, kita akan membahas tentang deret geometri. Namun agar lebih mudah, bapak
akan membagi kalian menjadi lima kelompok”. Kata Pak Anto.
Kebetulan saya satu kelompok bersama Arsa, Sahri dan Dina.kami
membahas dan mendiskusikan tentang geometri dan saling mengajari jika ada yang
tak mengerti. Beruntung aku satu kelompok dengan mereka karena kami tak menemui
kesulitan. Apalagi Sahri,
ia salah satu anak yang pandai jadi ia tak sungkan-sungkan untuk mengajarkan
sesuatu yang belum dimengerti. beruntung mempunyai teman sepertinya.
Bel istirahat berbunyi, Aku, Arsa, Fita dan Rena
pergi kekantin dan kami memesan baso.Kami memilki banyak kesamaan termasuk suka
baso.Di kantin kami membahas tentang pelajaran Pak Anto. Namun Arsa sedikit
membuatku kesal karena ia sudah berusaha menggodaku.
“ehm..
pada mau tau nggak.. ada yang
baru..”. suara Arsa memulai pembicaraan.
“baru,,
apaan?.” Tanya Fita.
“kayaknya
bakalan ada pasangan baru ni yang cocok.” Jawabnya.
“pasangan
baru?? Siapa tu?”.Sahutku.
“pura-pura
nggak tau, yang dibicaraain juga kamu Syah..” jawab Arsa sambil menyenggol
tanganku.
“apaan
sih, aku nggak ngerti”. Teriakku pada
Arsa,
“iya
ni si Arsa, apa juga maksudnya.. ”. timbal Rena.
“mau
tau.. Aisyah dan Sahri.
Haha,,, ”. ia tertawa terbahak-bahak.
“ya ampun sa, temen juga”. Aku hanya tersenyum
walau sedikit kesal.
“iya
ni si Arsa apa-apaan. Tapi seandainya ini kenyataan nggak apa-apa kok”.Sahut
Fita yang dari tadi hanya sibuk makan.
“udah,,
habisin aja tu baso. Balapan ni, yang terakhir habis wajib bayarin,, mulai”.
Jawabku.
Tak
terasa setelah seharian duduk di bangku bel pulang berbunyi.Seluruh siswa
keluar dari ruang kelas berdesak-desakan seperti mau antre sembako.Di tengah
perjalanan, tiba-tiba sepeda terhenti. Ternyata ban sepeda kempes entah karena
apa.
“aduh,,
sial banget hari ini.” Ujarku dalam hati.
Dengan
segera aku turun dan menggiring sepedaku.aku tak mau pulang terlamabat karena
ibu pasti akan khawatir denganku. Sambil menggiring sepedaku aku berlari
kencang.Namun malu rasanya, ketika aku
berlari aku bertemu Sahri.
“hai
Syah,,”. Sapa Sahri
ketika mengendarai motor.
Terdengar
olehku suara itu dan aku terkejut.
“Sahri,,”. Jawabku dengan
wajah yang malu.
“ia
pasti tertawa karena melihatku berlari
sambil menggiring sepedaku”. Pikirku.
“ada
apa dengan sepedamu, jikalau ada masalah mari ikut denganku”. Ucapnya.
“oh
iya, tapi nggak usah. Aku bisa sendiri kok”.Jawabku.
“oh
ya kalau begitu aku duluan”. Sahut Sahri Sambil tersenyum.
Aku hanya membalasnya dengan senyum karena aku
sungguh merasa malu.Tapi hanya untuk saat itu saja.Setelah Sahri hilang dari
pandanganku, aku melanjutkan lariku bahkan semakin kencang karena waktuku
beberapa menit tadi telah terpotong.Sesampai dirumah aku merasa sungguh lelah,
kuletakkan sepedaku.Tapi anehnya tak ada Ibu yang biasanya sedang memasak
didapur. “mungkin Ibu sedikit lebih lama pulangnya”. Pikirku. Pukul sudah menunjukkan jam 04:30 namun Ibu
tak kunjung datang. Segera aku meminjam sepeda milik tetanggaku untuk menjemput
Ibu ditempat kerjanya.
Membutuhkan 20 menit perjalanan.Sesampai disana,
terlihat sepi.Tak ada satu orangpun kutemui.Tiba-tiba ada orang menyapaku dari
belakang.
“hai
nak, ada perlu apa kemari?”. Tanya lelaki setengah baya itu.
Segera
aku membalikkan badanku.“ oh ia pak,, perkenalkan saya Aisyah, saya kemari
ingin menjemput ibuku, karena sampai saat ini ibuku belum pulang. Aku sangat
khawatir”.Jawabku.
“apakah
ibumu bernama Aini Hasanah..?”. Tanya
lelaki itu. “iya
pak, benar sekali..”. sahutku.
“tadi
siang ketika Bu Aini pulang bekerja dan saat ia melalui Zebra Cross, ada mobil
yang menabrak Ibumu. Ia segera dibawa ke Rumah Sakit Bhakti”.Lelaki itu
memberitahuku.
“benarkah
itu? Aku harus segera kesana”.Jawabku.
Dengan
tetesan air mata aku mengayuh sepeda milik tetangga menuju Rumah Sakit
Bhakti.Disana aku langsung menuju ruangan tempat ibu dirawat.Aku melihat ibu
terbaring tak berdaya.
“ibu,,
ibu,, bangun.. ibu harus tetap temani aku. Aku takut sendiri bu. Aku nggak mau
ibu tinggalin .”Ucapku sambil menangis. Malam ini aku tak
akan pulang kerumah, aku akan menjaga ibu disini. Aku terlelap tidur semalaman.
***
Aku
terbangun karena pancaran sinar matahari yang masuk dari cela-cela jendela.Segera
aku bangkit, namun tak ada Ibu.
“dimana Ibu, apa ibu sudah membaik sehingga
dipindahkan diruangan lain. Tapi rasanya tak mungkin sebab tak ada satu
orangpun memberitahuku”.pikirku .segera aku beranjak, berlari keluar bertanya
pada orang disekeliling namun tak ada satupun yang tau.
Mataku
terhenti pada segerombolan siswa, sosok laki-laki yang berseragam putih
abu-abu, warna kulit putih, dan sepertinya itu Sahri.Dengan spontan aku memanggilnya.
“Sahri”. Teriakku. Ketika
ia menengok ternyata benar. Berlari aku menghampiri Sahri.
“
kenapa kamu bisa disini? Ada apa ?”. Tanyaku.
“kami
kesini untuk menjenguk Ibumu”. Jawabnya dengan kepala tertunduk. “lalu dimana Ibu? Aku
tak menemukannya”.Jawabku. “ibumu,, ibumu telah tiada”. “apa-apaan
, kamu jangan bohong”. Aku terduduk seketika.
Arsa,
Fita dan Rena menghampiriku dan mereka mencoba untuk menenangkanku.“kalian
semua bohong, ibu tak mungkin meninggalkanku. Ibu sayang padaku, itu tak mungkin terjadi”. Suara tangisku semakin
jadi. “sabar
Syah. lebih baik kamu ikut mengantarkan ibumu kembali pada_Nya”. Ucap Fita. Aku mencoba berdiri
dan turut mengantarkan ibu ke pemakaman.
***
Genap satu bulan Ibu meninggalkanku.Tapi aku tak
mau tetap larut dalam kesedihan. Kini aku hidup sebatang kara. Aku akan
berjuang untuk tetap menggapai cita-citaku. Aku akan menunjukkan pada Ibu bahwa
aku mampu. Agar Ibu bahagia disana.Setiap harinya aku tetap melakukan aktivitas
seperti biasanya sekolah, bersih-bersih rumah, membuat kue pada malam hari dan
mengantarkannya pagi-pagi. Yang beda hanya tak mengantar ibu bekerja.
Hari senin pun tiba, kami pun bergegas membentuk
barisan,tuk mengikut upacara. “Satu bulan lagi kalian akan menghadapi Ujian
Sekolah, diharapkan seluruh anak kelas tiga agar mempersiapkan senjata untuk
perang dan juga harus menjaga kesehatan kalian. Mungkin hanya itu yang dapat
bapak sampaikan,Bapak akhiri dengan ucapan wasalamualaikum wr.wb.” Kepala
sekolah menyampaikan amanat saat upacara hari senin. Upacara selesai,
semua siswa kembali ke kelas masing-masing.Tiba-tiba pak guru masuk ke kelas
dan memberi pengumuman siapa saja yang ikut jalur undangan untuk lanjut ke
Perguruan Tinggi Negeri.Alhamdulillah termasuklah aku,lantas aku menentukan
pilihan untuk mengambil jurusan biologi karena cita-citaku menjadi seorang guru
biologi.Aku berdoa dan meminta agar Allah memberikan jalan untukku.
Tiga minggu telah berlalu,
dan tibalah waktunya Ujian Sekolah.ujian sekolah berlangsung dalam Dua pride.
Pertama Ujian Akhir Madrasah Berbasis Nasional dan Ujian Akhir Sekolah Berbasis
Nasional,ke dua ujian tersebut turut berperan serta dengan syarat kelulusan.
Ketika,ujian selesai dilaksanakan
pikiran trasa plong,walaupun masih begitu besar tantangan yang akan dihadapi
kedepan.Sekolah ku MA Pertiwi selain mempunyai cabang Beasiswa melalui jalur
undangan dan jalur Bidik Misi ternyata
juga ada program Beasiswa Santri jadi Dokter. Tercatat sudah dari tahun ke
tahun siswa MA Pertiwi berhasil masuk dalam program beasiswa tersebut, untuk
tahun ini ada salah seorang teman dekatku yang mendaftar ke cabang beasiswa
tersebut,siapa lagi kalau bukan si Sahri.Aku yakin bahwa Sahri akan berhasil masuk
dalam beasiswa tersebut,dia sering bercerita akan keinginanya tersebut
kepadaku.
Seiring berjalannya waktu tibalah saatnya kami
untuk mengikuti ujian nasional,alhamdulillah tak ada hal yang menghalangi
berlangsungnya ujian. Ujian pun kami laksanakan dengan hidmat ‘sepertinnya
sudah tampak tanda-tanda kesuksesan kami’
pikirku dalam hati.kami pun terus optimis akan hasil yang akan kami
peroleh dari ujian tersebut,tetapi tidak menutup kemungkinan untuk timbul rasa
gelissah takut akan hasil yang diperoleh
tidak memuaskan.setelah semua ujian dilaksanakan kamipun memperoleh libur panjang.Tak ada aktivitas yang
dilakukan,selain mencari nafkan dengan membuat kue untuk dijual, dirumah akupun
rindu akan kesibukan-kesibukan yang biasa dilakukan disekolah
bersama
teman-teman, bisa bermain,bercanda dan lain-lain.setelah beberapa minggu,
akupun mendapat kabar dari Sahri
bahwa aku dan peserta bidik misi,jalur undangan dan program santri jadi Dokter
untuk berkumpul disekolah untuk menerima info terbaru.mendengar kabar saya
langsung bergegas pergi kesekolah.
Sesampai disekolah semua teman-teman sudah berkumpul
menunggu info yang akan disampaikan oleh pak guru.tak lama kemudian pak guru
memberikan kabar kepada kami,anehnya dengan wajah muram beliau melihat kami.’ada
apa ini?’ pikirku dalam hati.lantas pak guru mulai menyampaikan informasinya.” Anak-anak
sekalian,beberapa bulan yang lalu kami dari pihak sekolah sudah merekap
nilai-nilai kalian untuk masuk ke cabang beasiswa masing-masing, nilai tersebut
sudah kami kirim,sekarang kami sudah mendapatkan info yang diberikan oleh
beberapa Universitas dalam cabang beasiswa tersebut. Dari ketiga cabang
beasiswa tersebut alhamdulillah ternyata siswa kita.....(pak gurupun terhenti sejenak)
‘.aku penasaran akan pembicaraan pak guru,kemudian aku
bertanya” lho pak,kenapa dengan siswa kita????????”.
“Memang apa yang terjadi pak pada siswa kita, apakah
tidak lulus?’ Sahri ikut menyaut.
Kamipun terdiam sejenak, tiba-tiba pak guru menyambung
pembicaraannya,”anak-anak sekalian ma’af bapak menghentikan pembicaraan
tadi,sebenarnya yang terjadi pada siswa kita yakni sebuah anugrah besar, yang
patut kita syukuri karena dari ketiga cabang beasiswa tersebut hampir
keseluruhan siswa kita masuk semua,jadi bagi siswa yang belum dinyatakan masuk
dalam beasiswa tersebut jangan bersedih hati.Bapak tidak mau membacakan
siapa-siapa yang masuk dan yang tidak masuk,kalian cukup melihatnya dipapan
pengumuman yang bapak tempel di mading”.
Kami langsung menuju papan pengumuman untuk melihat
apakah kami masuk atau tidak,akupun risau karna aku tidak menemukan nama ku,
kemudian si Sahri memberitahuku bahwa aku masuk.”alhamdulillah ya rabbi,ucap
syukurku”. “Eh,Sahri selamat juga ya,karena kamu juga masuk dalam beasiswa yang
kamu impikan tersebut”.oh iy syah,kamu juga saut Sahri J.
Akhirnya,dengan suasana gembira kami menemui pak guru,dan
bertrima kasih serta bersyukur atas keberhasilan yang kami peroleh.dan pak guru
mengucapkan selamat kepada kami.
by.armi yati
XII IPA 2
wow keren brother
ReplyDelete